JAKARTA — Sunah dalam definisi yang lebih universal dan lengkap dapat diartikan dengan keseluruhan pola, tata cara, dan gaya hidup Rasulullah SAW. Setiap Muslim harus mengikuti seluruh gaya hidup Rasul mereka, sebagai bukti kecintaan mereka kepada Allah. Seperti firman Allah SWT, "Katakanlah, jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikuti aku. Niscaya, kamu akan dicintai Allah dan diampuni dosa-dosamu." QS Ali Imran [3] 31. Menjalankan sunah diartikan sebagai bukti kecintaan kepada Allah. Lantas, bagaimanakah posisi orang yang meremehkan sunah lalu enggan melakukannya? Bukankah artinya mereka itu tidak cinta kepada Allah? Lalu, masihkah bisa digolongkan kepada orang-orang beriman, mereka yang tidak cinta kepada Allah? Taat kepada Rasul dengan menjalankan seluruh sunahnya adalah bukti ketaatan kepada Allah. Artinya, bukti kepatuhan seorang Muslim kepada Allah adalah dengan patuh menjalankan sunah-sunah Rasul-Nya. Allah SWT berfirman, "Siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah," QS an-Nisa'[4]80. Mereka yang setia memelihara sunah-sunah Rasul itulah yang sebenar-benarnya orang beriman. Merekalah itulah golongan Rasulullah yang bersama-sama akan memasuki surga. Sebagaimana firman Allah, "Dan siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itulah yang akan bersama-sama dengan orang-orang yang diberikan nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah sebaik-baiknya teman." QS an-Nisa'[4]69. Tidak ada alasan bagi seorang Muslim untuk mengabaikan sunah nabi. Meremehkan dan meninggalkan sunah bisa menjadi ancaman tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya. Menyadari sebuah sunah, tapi enggan melakukannya bisa juga terancam tidak termasuk kepada golongan Rasulullah dan orang saleh. Kendati didefinisikan tidak berdosa jika ditinggalkan, apa spesialnya ibadah seseorang jika hanya melakukan yang wajib saja. Dalam sebuah hadis qudsi disebutkan, "Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada Ku dengan amalan-amalan sunah, sehingga Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, Aku akan menjadi penglihatannya yang ia pergunakan untuk melihat, Aku akan menjadi langkah kakinya yang dengannya ia beraktivitas. Apabila ia berdoa pasti Ku kabulkan. Apabila ia memohon pertolongan pasti Ku tolong.” HR Bukhari. Begitulah seorang Muslim mendapatkan kecintaan Allah dengan cara menghidupkan amalan-amalan sunah. Kecintaan Allah tidak akan datang begitu saja tanpa ada usaha dari hamba-Nya. Jika ingin dicintai Allah, tentu harus ada upaya dan perjuangan yang ditampakkan. Bagaimana mungkin seseorang bisa dikatakan cinta Allah dan masuk ke dalam golongan Rasul-Nya jika ia tidak peduli dengan sunah-sunah Rasul-Nya. sumber Dialog Jumat Republika
Imanibarat cinta yang tidak hanya sebatas diucap tapi juga harus dibuktikan dengan tindakan. Iman kepada Allah berarti cinta kepada-Nya, bersedia menaati perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, serta membela-Nya bila dihina. Namun, perlu diketahui, pembelaan dari seorang hamba kepada Allah saat Dia dihina bukan berarti Allah lemah.
“Dan orang-orang yang beriman itu sangat mencintai Allah” Al-Baqarah165 Sahabat, cinta bukanlah sesuatu yang tunai hanya dengan perkataan lisan semata, cinta justru lebih terlihat dari perbuatan yang kita lakukan. Siapakah yang berani menyatakan cinta pada Allah? Coba tengoklah apakah beberapa bukti berikut ini ada pada tingkah laku kita sehari-hari Merasakan nikmat berduaan dengan Allah Sudahkah kita merasakan lezatnya berkhalwat/ menyepi dengan Allah saja? Ataukah kita baru bisa menikmati ibadah saat banyak mata yang menyoroti dengan pandangan kagum atas keshalehan kita? Baca Juga Masjid SSC, Sarana Ibadah Sekolah Bermagnet Sosial Dakwah Orang yang jatuh cinta, sudah pasti selalu berharap-harap mendapat kesempatan untuk berduaan saja. Demikian pula cinta pada Allah. “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. As-Sajdah 16 Bergetar setiap mendengar dan menyebut asma Allah Pernahkah jatuh cinta pada seorang gadis/ pemuda? Bukankah ketika nama gadis/pemuda itu disebutkan, hati kita merasa canggung dan berdebar dag-dig-dug tak karuan? Maka demikian pulalah para pecinta Allah, tiap mendengar namaNya disebutkan, akan bergetarlah hati mereka dikarenakan cinta yang mendalam. Sudahkah kita merasakan getaran itu? “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” Al Anfal 8 2-3 Mengikuti sunah Rasulullah Adalah pendusta seseorang yang mengaku cinta, namun tidak menyukai apa yang dicintai oleh kekasihnya tersebut. Lihatlah kelakuan para fans yang mengidolakan penyanyi atau artis favoritnya, apapun yang disukai oleh idolanya, akan mereka beli atau jika itu suatu perbuatan maka para fans akan turut lakukan! Begitulah bukti cinta. Sahabat, sesungguhnya Allah amat mencintai RasulNya, Muhammad shalallaahu alaihi wassalam, maka para pecinta Allah sudahlah pasti akan turut mencintai Rasulullah dan mengikuti segala sunahnya “Katakanlah “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Ali Imran 3 31 Berkata Sahl bin Abdullah, “Tanda cinta kepada Allah yaitu mencintai al-Qur’an, tanda cinta kepada al-Qur’an adalah dengan mencintai Nabi. Sedang tanda cinta kepada Nabi dengan menghidupkan sunnah. Tanda cinta kepada Allah, al-Qur’an, Nabi dan sunnah yaitu mencintai akhirat. Selanjutnya, tanda orang itu mencintai akhirat bisa terlihat ketika ia “membenci” dunia dengan hanya mengambil sedikit darinya sebatas perbekalan dalam menempuh perjalanan kembali ke kampung akhirat.” Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an Menafkahkan harta di jalan Allah Coba lihatlah kembali ayat-ayat Quran yang tercantum di poin 1 dan 2 di atas, semuanya selalu menyandingkan bukti cinta dan iman pada Allah dengan menafkahkan harta di jalanNya “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. As-Sajdah 16 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” Al Anfal 8 2-3 Oleh karena itu, salah satu bukti nyata cinta pada Allah selanjutnya adalah menafkahkan sebagian rezeki yang Allah beri untuk orang lain yang memerlukan. Baca Juga Berbisnis dengan Allah Melalui Wakaf Ketika kita mengaku cinta Allah, selalu betah membaca ayatNya, demen lakukan shalat malam untuk berkhalwat denganNya, menjalankan berbagai sunah RasulNya, namun masih enggan dan berpikir ribuan kali untuk menginfakkan sebagian rezeki yang kita miliki, o-ow… Mungkin sebenarnya kita belum sungguh-sungguh cinta padaNya. Karena seseorang yang cinta Allah, takkan ragu menyerahkan harta dan jiwanya di jalan Allah. Wallaahualam. Sahabat, semoga Allah mampukan kita untuk merasakan lezatnya iman dan cinta padaNya, karena sesungguhnya itulah keberuntungan terbesar. SH
Cintakita kepada Allah harus kita tunjukkan dalam tindakan. Kita penuh berharap semoga Allah berkenan menerima solat kita dan senantiasa berasa takut akan melakukan kesalahan. Malam hari sebelum tidur sepatutnya kita bermuhasabah memperhitungkan perbuatan kita sepanjang hari itu.
Puasa merupakan salah perintah Allah SWT yang harus kita kerjakan sebagai umat Islam. Apalagi kita sebagai umat Islam kita sudah pasti tahu betapa pentingnya berpuasa. Karena mengapa? Sudah sangat jelas bahwa ada perintah kata wajib langsung perkataan Allah SWT yang disebutkan dalam QS. Al-Baqarah 183. Jika kita melanggarkan perintah Allah SWT dan meninggalkan rukun Islam salah satu nya puasa tersebut, maka sama halnya kita tidak beriman dan tidak mentaati perintah-Nya. Kewajiban Berpuasa Secara umum puasa adalah menahan diri dari makan, minum, jima’ bercampur dengan istri dan lain-lain yang telah diperintahkan kepada kita untuk menahannya, sepanjang hari menurut cara yang disyaratkan. Sedangkan secara etimologi adalah al-imsaku an al-syai yaitu mengekang atau menahan diri dari sesuatu. Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah 183 sebagai berikut يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ Artinya “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Oleh karena itu sangat jelas bahwa puasa itu sangat penting kita kerjakan karena puasa itu sudah termasuk salah satu poin rukun Islam yang ketiga dimana itu wajib lakukan bagi umat muslim. Rasulullah SAW bersabda كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ “Amal setiap orang dilipatgandakan, setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali. Firman Allah SWT “Kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan aku sendiri yang langsung membalasnya, karena ia orang yang berpuasa telah meninggalkan syahwat, makan, dan minumnya semata-mata untuk beribadah kepada-Ku. Bagi orang yang berpuasa memperoleh dua kebahagiaan Kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika ia berjumpa dengan Tuhannya. Sesungguhnya aroma mulut orang yang berpuasa disisi Allah lebih harum dari parfum misk kasturi”. HR. Bukhori dan Muslim. Syarat wajib berpuasa Pertama, muslim. Puasa Ramadhan hanya wajib dilakukan bagi umat muslim. Hal ini dilandaskan dalam QS. Al-Baqarah 183. Kedua, baligh. Seorang muslim yang telah ditandai baligh wajib melakukan puasa. Tanda baligh nya laki-laki adalah mimpi basah dan perempuan menstruasi. Ketiga, berakal. Hanya umat muslim yang berakal saja diwajibkan berpuasa. Artinya orang yang sakit, gila, pingsan tidak diwajibkan berpuasa. Syarat keempat yaitu sehat dan mampu. Puasa Ramadhan wajib dilakukan bagi umat muslim yang sehat dan mampu. Allah memberikan keringanan bagi orang yang sakit untuk tidak berpuasa, kemudian menggantinya saat ia sudah sehat. Dan syarat terakhir adalah mukim. Orang yang bermukim atau tidak sedang melakukan perjalanan tidak dijatuhkan kewajiban saum. Akan tetapi orang yang sedang melaksanakan perjalanan tetap diwaspadai mengganti puasa yang ditinggalkannya dihari lain. Tujuan dan Manfaat Berpuasa Pertama, mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Ketika kita menjalankan ibadah puasa sesuai dengan perintah Allah, maka berarti kita memasrahkan segalanya kepada Allah. Kedua, mendorong pada perbuatan baik. Saat kita menjalankan ibadah puasa kita tidak hanya menahan rasa haus dan lapar tetapi juga menjaga diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak baik pula. Ketiga, meningkatkan rasa empati. Bulan Ramadhan menjadi kesempatan bagi setiap muslim untuk meningkatkan ketakwaan nilai moral dan sosial. Keempat, mencegah maksiat. Sesama umat muslim kita dilarang untuk berbuat Maksiat apalagi dibulan suci Ramadhan. *** Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang penuh barokah, selain keberkahan maka kenikmatan juga dapat kita raih di bulan suci ini. Jadi bagi kita umat muslim wajib untuk berpuasa, itu adalah bukti kecintaan dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Editor An-Najmi Fikri R
Caramembuktikan cinta kita kepada nabi Muhammad s.a.w. Keutamaan mentaati dan mengutamakan orang yang dikasihi ini jelas dapat dilihat dalam ungkapan seorang pencinta Allah SWT dan NabiNya SAW yang tidak asing lagi, Rabi'ah al Adawiyyah dalam syairnya: "Sesungguhnya seorang kekasih itu akan taat-patuh kepada yang dikasihinya."Selain
Islam sebagai pandangan hidup mempunyai perspektif dalam segala hal. Mulai dari perkara besar hingga urusan kecil. Termasuk pula urusan cinta. Cinta bukan perkara sepele, melainkan sangat vital bagi hidup manusia. Karena, dengan cinta manusia bisa tetap eksis di dunia. Oleh sebab itu, Islam juga mengatur apa dan bagaimana seharusnya cinta itu. Cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan fondasi agama. Perkara inilah yang mengantarkan seseorang rela melakukan amaliah ibadah yang dikehendaki syariat. Ibnu Rajab berkata, kecintaan kepada Rasul adalah fondasi iman. Dia dikaitkan dengan kecintaan kepada Allah. Sesungguhnya, Allah telah menggandeng keduanya. Allah pun menegaskan, tidak boleh kecintaan kepada perkara apa pun berupa keluarga, harta benda, tanah kelahiran, dan lain-lain mengalahkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam hadits, Nabi bersabda, “Tidak sempurna iman seseorang hingga aku lebih dicintai dari anaknya, orang tuanya, dan manusia seluruhnya.” HR Bukhari. Cinta itu menuntut pembuktian. Cinta memiliki konsekuensi logis. Seharusnya, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi hal itu. Bukti kecintaan Allah adalah banyak berzikir mengagungkan asma-Nya. Cinta kepada Rasulullah ditunjukkan dengan sering bershalawat, menyebut namanya, dan mengikuti petunjuk yang dibawanya. Ketika disebut nama Allah dan Rasul-Nya, bergetar hati dan jiwanya. Bertambah pula cintanya ketika tilawah Alquran atau tadabur hadits. Cinta itu sendiri ada dua jenis, yaitu cinta yang berasal dari naluri manusia dan cinta karena dorongan syar’i. Cinta yang pertama berupa kecenderungan pada harta, anak, istri, dan sebagainya. Syariat memandang cinta kategori ini sebagai fitrah manusia, hanya saja disyaratkan cinta itu jangan sampai melampaui batas. Cinta yang kedua, yakni cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta pada kepentingan Islam dan kaum Muslimin. Ibnu Mas’ud meriwayatkan, seseorang mendatangi Rasulullah lalu bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seseorang mencintai kaum, tetapi tidak bersama mereka di akhirat?” Rasulullah menjawab, “Seseorang itu bersama orang yang dicintainya.” Muttafaq Alaihi Dalam riwayat lain, seperti dikisahkan Anas bin Malik, Rasulullah didatangi seorang badui yang menanyakan kapan datangnya hari kiamat. Rasulullah terkejut seraya bertanya, “Celaka apa yang kamu persiapkan untuknya?” Badui itu menjawab, dia tidak mempersiapkan apa-apa melainkan cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Mendengar jawaban tersebut, Rasul menimpali, sesungguhnya dia akan bersama orang dicintainya. Mereka yang mendengar jawaban tersebut bertanya, “Apakah kami pun demikian?” Rasul menjawab, “Benar.” Jawaban tersebut akhirnya membuat mereka semua gembira bukan main. sumber Harian Republika
Sesungguhnyamarilah kita bertaqwa dan berdoa kepada Allah SWT semoga kita adalah di antara orang-orang yang yang dipilih oleh Allah yang akan diberi kesedaran untuk peka terhadap tanda mati ini semoga kita dapat membuat persiapan terakhir dalam usaha memohon keampunan samada dari Allah SWT mahupun dari manusia sendiri dari segala dosa dan urusan hutang piutang kita.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID E0K3tfPF_9xeYEUJzHJbzpHlaACkg4D-b_8CJO6HDtTpa4B8ISQtcQ==
. 192 314 90 60 19 220 367 463
berpuasa bukti cinta kita kepada allah swt